Selama lima tahun terakhir, lebih dari 686.000 orang mendapat kewarganegaraan Australia, dengan rekor tertinggi 204.000 orang pada periode 2019-2020.
Orang yang mengajukan kewarganegaraan Australia harus melewati ujian yang menurut kriteria baru yang akan mulai diterapkan November 2020, harus melewati 75 persen penilaian.
Pertanyaan-pertanyaan pada ujian kewarganegaraan meliputi nilai-nilai demokrasi, hak dan kebebasan.
Salah satu hal yang ditekankan tentang menjadi seorang warga negara Australia adalah semangat pertemanan (mateship), untuk membantu orang yang memerlukan, mengedepankan belas kasihan.
Seorang 'mate' tidak hanya seorang teman yang dikenal, tapi bisa orang yang sama sekali tidak dikenal.
Semangat pertemanan adalah sesuatu yang sering dibanggakan oleh orang Australia, meski sering menjadi pertanyaan tentang pelaksanannya, terutama di saat pandemi saat ini.
"Sering semangat mateship itu teori saja, tapi prakteknya tidak dijalankan," kata Handi Susanto, seorang chef asal Indonesia yang mendapatkan kewarganegaraan Australia tahun lalu.
Handi mencontohkan berita tentang seorang perawat di Canberra yang tidak mendapatkan izin masuk ke Queensland untuk pemakaman ayahnya. Sampai saat ini Queensland masih menerapkan aturan penutupan perbatasan yang ketat.
"Di Canberra sudah satu bulan tidak ada kasus baru corona. Pemerintah Queensland tidak memberi seorang perawat masuk Queensland untuk pemakaman ayahnya, itu kejam," kata Handi.
"Tapi pemilik Linfox (perusahaan truk), klub AFL (football) dan krunya bisa masuk Queensland. Itu tidak adil. Orang yang menghasilkan banyak uang untuk Queensland diberi pengecualian. Jadi seperti suka-suka mereka."
Beberapa waktu lalu, aktor Hollywood Tom Hanks juga dikabarkan bisa datang ke Queensland untuk menyelesaikan proyek filmnya. Pada bulan Maret, saat berada di Gold Coast, Queensland, Hanks mengumumkan dirinya dan istrinya positif tertular virus corona.
Handi juga menyoroti kebijakan pembatatasan atau lockdown dari Menteri Utama Victoria Daniel Andrews yang berkepanjangan dan terlalu berat.
"Dalam kebijakan lockdown sering menyalahkan komunitas yang tidak patuh, tidak disiplin. Tapi tidak dilihat bagaimana tekanan yang kita alami. Berapa banyak orang yang jadinya merasakan tekanan mental, atau bunuh diri?" kata Handi.
Handi sudah tidak bekerja sejak bulan Maret karena restoran tempatnya bekerja yang berlokasi di pusat kota Melbourne tidak bisa beroperasi.

Handi Susanto Source: Supplied
"Restoran sempat buka dua minggu ketika lockdown dilonggarkan. Tapi tutup lagi karena stage four restrictions, sampai sekarang. Jadi saya mengandalkan pembayaran Jobkeeper," kata Handi.
"Penduduk tetap atau warga negara masih bisa mendapat Jobkeeper atau Jobseeker, tapi di restoran ada beberapa staf dengan temporary visa, dan working holiday visa. Mereka tidak dapat apa-apa. Pembatasan ini tidak adil buat banyak orang, tidak hanya pengusaha."
Belum lama ini Daniel Andrews mengumumkan roadmap yang berisi rencana bagi Victoria untuk keluar dari pembatasan. Salah satu bagian dari roadmap adalah pengurangan pembatasan di kawasan regional Victoria mulai 17 September seperti mulai beroperasinya cafe dan restoran dan warga regional sudah bisa bepergian.
Dalam roadmap, Daniel Andrews membuat rencana untuk membantu restoran di Melbourne CBD dengan memberi izin untuk bisa menyediakan meja dan kursi di luar (alfresco), karena bersantap di dalam ruangan baru diperbolehkan pada bulan November dan hanya untuk 10 orang.
"Pemilik restoran sudah tidak ada uang, tapi harus keluar uang lagi untuk alfresco dining, harus menyediakan kursi dan meja untuk di luar," kata Handi.
"Ketika lockdown dilonggarkan, kami bisa melayani sampai 40 orang paling ramai. Itu untuk membayar biaya operasional saja tidak cukup."
Bekerja untuk pemerintah
Handi mengajukan untuk menjadi warga negara Australia pada November 2017 dan mendapatkannya pada upacara Australia Day 26 Januari 2019.
Handi memilih untuk menanggalkan kewarganegaraan Indonesia karena sudah memantapkan diri tinggal di Australia untuk seterusnya dan tidak kembali ke Indonesia.
"Karena sudah bakal selamanya di Australia, saya pikir tidak ada gunanya lagi tiap lima tahun harus memperpanjang visa residen permanen," kata Handi.
"Saya juga berpikir kalau tidak lagi bekerja di hospitality mau kerja di pemerintahan. Kalau PR kan tidak bisa. Pekerjaan di pemerintahan bayarannya sangat bagus. Lebih terjamin untuk hari tua."
Selain itu Handi juga memilih kewarganegaraan Australia agar ia bisa menyalurkan hak politiknya.
"Karena tinggal di sini, saya mau punya suara untuk memilih partai atau orang, untuk kebaikan kita dan negara. Kalau PR kan tidak ada suara," katanya.
Tiga bulan sebelum ujian kewarganegaraan Handi mempersiapkan diri dengan mempelajari wawasan umum dan bahan ujian.
"Saya pesan bukunya dari imigrasi, baca-baca tiap hari selama tiga bulan. Banyak hal yang saya baru tahu seperti sejarah, sistem politik, bendera dari semua daerah, kenapa bendera aborigin berwarna hitam kuning dan merah," kata Handi.
Menurut Handi, pertanyaan-pertanyan pada ujian kewarganegaraan sangat umum, "kalau sudah baca bukunya pasti bisa jawab."
Ingin manfaat tanpa sungguh mencintai
Handi menganggap penting penekanan nilai-nilai Australia pada ujian kewarganegaraan.
"Banyak orang yang menjadi warga negara tapi tidak mencintai negaranya sepenuhnya, hanya mau mendapat manfaat," kata dia.
"Penting untuk menghormati demokrasi, pendapat orang lain, tidak bersikap rasis, menghargai konstitusi. Dan semoga bisa bangga dengan apa yang ada di Australia."
Handi mengatakan ada beberapa nilai-nilai hidup di Australia yang masih membanggakan.
"Di rumah sakit, mereka tidak peduli orang yang datang punya uang atau tidak pasti ditolong lebih dahulu. Manusia dihargai," kata dia.
"Orang yang susah, misalnya setelah ceritanya diangkat di media karena kehilangan rumah atau menghadapi masalah, lalu ada yang bikin crowdfunding dan orang ramai menyumbang, walau di saat pandemi. Solidaritas sosial masih tinggi."