"Visa on arrival” atau "Visa saat kedatangan" adalah tiga kata ajaib yang terbukti menjadi titik tekanan yang berkelanjutan pada hubungan diplomatik antara Indonesia dan Australia.
Turis asal Indonesia harus membayar biaya aplikasi visa sebesar $ 140 dan mengisi kuesioner sebanyak 17 halaman, yang mencakup pertanyaan-pertanyaan seperti "pernahkah Anda melakukan tindakan genosida," untuk mendapatkan visa perjalanan. Pengunjung asal Indonesia juga harus mengajukan permohonan visa ini sebelum meninggalkan negara mereka.
Sebagai perbandingan, warga Australia yang berkunjung ke Indonesia dapat memperoleh visa untuk 30 hari secara gratis pada saat kedatangan di Indonesia.
Indonesia bukan menjadi salah satu dari 35 negara - termasuk Estonia, Latvia dan Spanyol - yang berhak mendapatkan visa Australia gratis, yang memungkinkan pengunjung untuk tinggal hingga tiga bulan.
Perdana Menteri Scott Morrison mengumumkan bahwa Menteri Dalam Negeri Peter Dutton akan melihat perubahan pengaturan perjalanan antara kedua negara.

Indonesian President Joko Widodo addresses Parliament in Canberra. Source: AP
"Hari ini kami telah sepakat untuk memasukkan unsur-unsur baru sebagai bagian dari implementasi ini," ujarnya.
“Kami senang bahwa Menteri Dalam Negeri kita di Australia akan berhubungan dengan mitranya dari Indonesia untuk melanjutkan memeriksa bagaimana kita dapat menyederhanakan dan merampingkan masalah ijin masuk ke Australia.”
Mr Morrison menambahkan bahwa Australia dapat mempertimbangkan untuk mempermudah peringatan perjalanan bagi warga Australia yang berkunjung ke Indonesia.
"Khususnya untuk wilayah-wilayah yang paling sering didatangi oleh pengunjung Australia."
Presiden Joko Widodo, yang dikenal luas dengan panggilan Jokowi, mengatakan ia akan menggunakan kunjungannya ke Australia untuk menegosiasikan kesepakatan visa yang mencerminkan perlakuan yang diterima Australia dari Indonesia.
"Visa pada saat kedatangan seharusnya bersifat timbal balik dan adil," kata Jokowi dalam sebuah wawancara dengan surat kabar The Australian sebelum kunjungannya.
Meskipun menjadi salah satu tetangga terdekat Australia, hubungan dengan Indonesia telah lama rumit. Kapal pencari suaka, serangan di kedutaan, isu tentang mata-mata, dan eksekusi anggtota Bali Nine telah menambah ketegangan diantara kedua negara. Meskipun masalah visa turis tidak dinilai sebagai masalah yang paling kompleks, hal ini telah menjadi rintangan yang konsisten atas klaim Australia yang menyebutkan bahwa Indonesia adalah salah satu teman terdekat kita.
Warga Indonesia merupakan kelompok pengunjung terbesar ke-11 terbesar, menurut Tourism Australia. Sedangkan, warga asal Australia menjadi pengunjung keempat terbesar untuk Indonesia - di belakang Malaysia, Cina dan Singapura - dengan lebih dari satu juta orang mengunjungi negara itu tahun lalu.
Perdagangan menjadi agenda utama, karena kunjungan Jokowi ini menandai keberhasilan Kesepakatan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia Australia (IA-CEPA), kesepakatan yang digodog selama 10 tahun dan disetujui oleh parlemen Indonesia di minggu lalu. Perjanjian tersebut akan mengurangi tarif perdagangan dan hambatan ekonomi lainnya antara kedua negara.

Joko Widodo (centre) receives a ceremonial welcome at Government House Source: AAP
Pidato Jokowi di parlemen pada hari Senin adalah yang pertama yang dibuat oleh kepala negara Indonesia dalam 10 tahun.
Saat menyambut Jokowi, Scott Morrison memilih untuk menyoroti bagaimana kedua negara telah bekerja sama dalam isu-isu global.
“Australia dan Indonesia memahami hal ini dengan baik dan kami telah bekerja sama dengan erat selama bertahun-tahun, dalam masalah pertahanan dan anti-terorisme, tentang keamanan maritim, memerangi penyelundup, dan penangkapan ikan ilegal di sepanjang perbatasan maritim kita,” katanya.
Joko Widodo, bergantian, mengakui upaya bersama untuk memerangi tantangan bagi negara-negara berkembang di kawasan ini termasuk perubahan iklim.
"Indonesia dan Australia harus menjadi kawan bagi negara-negara yang berkolaborasi sebagai bagian pembangunan menangani - kemitraan, menangani perubahan iklim dan mengurangi kemiskinan dan ketidaksetaraan sosial, dan untuk menciptakan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru di wilayah Pasifik," ujarnya ketika berbicara di parlemen dalam Bahasa Indonesia, yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris.
Lingkungan adalah titik pembicaraan, dengan kedua pemimpin mengomentari Black Summer di Australia. Jokowi mengatakan kedua negara harus bekerja sama untuk "melindungi lingkungan dan untuk mencapai keberlanjutan."
Presiden Widodo dan istrinya akan berada di Australia hingga hari Rabu.