‘Saya Berjuang bagi Kota’: Ratu Laksa Darwin yang Viral Pertimbangkan Karir Politik

Sejak menjadi viral dalam video yang diproduksi sendiri, "Ratu Laksa" Darwin, Amye Un, sedang mempertimbangkan terjun ke dunia politik, melihat Pauline Hanson sebagai inspirasi yang tak terduga.

Darwin's Laksa Queen shares her story on her struggle to migrate to Australia and why she's pondering a political career.

Darwin's Laksa Queen shares her story on her struggle to migrate to Australia and why she's pondering a political career. Source: Facebook: Laksa House (Warung Ibu Amye)

Amye Un berharap untuk kehidupan yang lebih baik ketika ia datang ke Australia lebih dari 30 tahun yang lalu, dan sejak bermigrasi dari Indonesia, ia telah memperolehnya. Menjadi selebriti lokal yang terkenal di Darwin, Amye memiliki dan menjalankan Warung Ibu Amye, sebuah warung laksa yang terkenal di kota dimana laksa menjadi bisnis yang kompetitif.

Pada bulan September, Amye mengunggah sebuah video di halaman Facebook rumah makannya, dimana ia mencerca pemerintah setempat atas buruknya jalur hijau di sepanjang Stuart Highway di depan warungnya. Video itu beredar viral, hingga seperempat juta tampilan, berujung pada liputan media lokal dan pada akhirnya memicu pemerintah untuk bertindak memulihkan jalur hijau itu.

"Saya tidak berjuang untuk diri saya sendiri, tetapi saya berjuang untuk kota dan publik," ucapnya tentang video viral dan langkah yang diambil karenanya.

Perjalanan Amye ke Australia

Amye lahir di sebuah desa kecil bernama Passabe di Pulau Timor pada tahun 1959. Ia pindah ke kota Kupang di NTT bersama dengan orang tuanya dua bulan setelah ia lahir.

Pada usia 16 tahun Amye tinggal bersama dengan seorang tante dan menyelesaikan sekolahnya. Kemudian pada tahun 1988, setelah bekerja di kantor imigrasi di Kupang, Amye mendapatkan paspor, pergi ke Bali dan berhasil mengusahakan untuk memperoleh visa Australia. Dengan diam-diam ia menjual perhiasan yang diberikan sang ibu padanya, membeli tiket pesawat dan kemudian bermigrasi ke Australia.

Perempuan yang kini dikenal oleh para pelanggannya sebagai "Ratu Laksa" Darwin ini mengatakan dirinya selalu memiliki tekad untuk pindah ke negara yang menganut paham 'kebebasan' bahkan ketika ia masih kecil.
Amye Un Laksa House
Amye Un's Laksa House has been at Stuart Hwy, Darwin since 2007. Source: Facebook: Laksa House (Warung Ibu Amye)
Di tahun 1965, Amye menyaksikan langsung bagaimana  - satu usaha pereutan kekuasaan di ibu kota Indonesia yang dampaknya meluas ke berbagai wilayah di negeri itu - terjadi pada keluarganya sendiri. 

Amye ingat bahwa pada satu dini hari, dua orang tentara lewat di rumahnya untuk mencari seseorang. Mereka memperlihatkan foto dari orang yang dicari ini pada sang ibu, yang saat itu berada di luar rumah mempersiapkan kayu bakar. Sang ibu mengatakan tidak melihat orang itu tetapi para tentara itu tidak mempercayainya, dan kemudian memukul kepala sang ibu hingga ia terjatuh dan berdarah.

“Saya sudah kuburkan [ingatan] itu di dalam lumpur ya.. Saya tidak mau mengulangi [cerita itu] lagi karena merasa sedih,” ujarnya.

Mendirikan warung laksa

Kini, Amye Un menikmati kebebasan yang ditemukannya di Australia. Pada awal kedatangannya di negeri ini, Amye membuka dan menjalankan usaha di Brisbane sementara anak laki-lakinya bersekolah, tetapi kemudian merasa kota itu terlalu dingin dan pindah kembali ke Darwin.

Ia sangat bersyukur ketika di tahun 2007 ia dapat menemukan sebuah tempat untuk berjualan yang disewanya dari satu keluarga Cina yang baik hati.

“Kalau usaha saya sukses, saya akan bayar sewa. Kalau warung saya nggak terlalu ramai, mereka juga tidak menuntut saya karena saya menjaga lingkungan mereka seperti rumah saya sendiri," ujarnya.

Bermodalkan $ 3.500 yang diberikan padanya oleh sang anak, Amye Un membuka sebuah warung kecil - warung laksanya yang terkenal itu - yang bertahan dan berkembang hingga saat ini.

Laksa yang disajikan di warungnya dianggap banyak orang sebagai yang terbaik di Darwin - . Amye mengatakan bahwa pendekatan yang dilakukannya membuat bisnisnya berbeda dari para pesaingnya. 

"Laksa saya terkenal karena bumbunya bukan dari Australia. Bumbu-bumbunya klasik datang dari Timor - Dan itu otentik dari laksa saya, makanya terkenal," ungkapnya.

"Mereka kadang memanggil saya dengan Laksa Queen.. Atau costumer yang lain memanggil saya dengan Sexy Amye.”, lanjutnya dengan tertawa.
Perhatian besar Amye akan jalur hijau kota Darwin baru-baru ini menjadi viral berkat video yang diunggahnya di Facebook. 

"[Video] itu atas dasar bahwa saya tinggal di Darwin, saya ingin membangun Darwin," ujarnya. "Karena di depan Laksa House saya melihat bahwa dari Cyclone Marcus itu ada pohon-pohon yang tumbang tapi tidak di-replace, dan semua rumput-rumputnya sudah pada mati.. tidak ada satu sentuhan tangan."

Tak lama setelah video berjudul "We Need Green" itu viral, pemerintah setempat merespon dengan membersihkan sampah di lahan hijau di seberang Laksa House dan juga menanam tanaman. Tetapi ini bukanlah yang sebenarnya Amye harapkan.  

"Saya memohon kepada para menteri atau yang bertanggung jawab dalam hal ini - khususnya NT government - untuk membuat hijau itu dari guide airport menuju ke kota Darwin, tidak hanya di depan saya saja."

Dari 'passion' ke politik?

Kini, Amye mengatakan dirinya sedang mengerjakan video kedua tentang infrastruktur dan juga melihat untuk menjadi wali kota di masa depan. 

"Saya tidak mau berkoar di dalam kandang saya sendiri. Saya mau menunjukkan kemampuan kami orang-orang pendatang khususnya orang Indonesia yang ada di sini," ujar Amye Un. 

Ia mengatakan ingin agar Darwin memikat para turis dan investor, dan bahwa sangat disayangkan banyak warga yang mengeluh tentang kota ini dan kemudian pindah ke Queensland.

Bahkan, Amye mengatakan bisa jadi ia mengikuti langkah senator Queensland, Pauline Hanson, yang membuat lompatan dari menjalankan toko kecil yang menjual kentang goreng dan ikan ke panggung besar politik nasional.

Ini merupakan perbandingan yang mungkin mengejutkan beberapa orang, terutama mengingat bahwa dalam pidato perdana Hanson untuk parlemen ia memperingatkan Australia dalam bahaya "dibanjiri oleh orang Asia". Amye mengatakan dia tidak suka "mulut tajam Hanson terhadap orang Asia" seperti dirinya, tetapi menghubungkan latar belakang bisnis kecilnya.

"Pauline Hanson wanita bisnis juga dengan fish and chips-nya, tapi akhirnya ia meloncat setinggi itu ke kursi parlemen," ujarnya. "Kenapa saya tidak? Saya punya experience, saya punya kemampuan, saya ingin tunjukkan itu.

"Yang terbaik saya ingin berikan untuk Australia."

Share
Published 30 October 2019 12:09pm
By Tia Ardha


Share this with family and friends