Menurut Penelitian, Ikuti Diet Rendah Karbo yang Salah Dapat Membuat Anda Meninggal Muda

"Pola makan rendah karbohidrat yang berbahan dasar hewani seharusnya tidak disarankan."

Low carb diets favouring animal-derived protein and fat sources were associated with higher mortality rates, the study says.

Low carb diets favouring animal-derived protein and fat sources were associated with higher mortality rates, the study says. Source: Photolibrary RM/Getty Images

Satu penelitian baru yang diterbitkan dalam jurnal  menunjukkan potensi kabar buruk bagi mereka yang mengikuti pola makan atau diet rendah karbohidrat tertentu. 

Jika pola makan rendah karbohidrat Anda menggantikan banyak makanan kaya karbohidrat dengan sejumlah besar protein hewani, Anda mungkin secara tidak sadar memperpendek rentang hidup Anda.

"Temuan kami menunjukkan hubungan jangka panjang yang negatif antara harapan hidup dengan baik itu diet rendah karbohidrat dan juga karbohidrat tinggi ketika sumber makanan tidak ikut diperhitungkan," kata studi tersebut.

“Data ini juga memberikan bukti lebih lanjut bahwa diet rendah karbohidrat berbasis hewani seharusnya tidak disarankan.”

Hal ini terdengar kejam, terutama mengingat bahwa diet rendah karbohidrat dalam jangka pendek dapat membantu Anda menurunkan berat badan serta memperbaiki kardio-metabolik Anda.

Namun ada kabar baiknya. Penelitian internasional menunjukkan bahwa risiko kematian Anda dapat diturunkan jika Anda mengikuti diet rendah karbohidrat yang menggunakan protein nabati dan lemak.
“These data also provide further evidence that animal-based low carbohydrate diets should be discouraged.”
“Pola diet karbohidrat rendah yang banyak menggunakan protein dan lemak yang berasal dari hewan, dari sumber seperti domba, sapi, babi, dan ayam, dikaitkan dengan angka kematian yang lebih tinggi,” tulis studi tersebut.

“Sedangkan mereka yang banyak mengkonsumsi asupan protein dan lemak yang berasal dari tumbuhan, dari sumber seperti sayuran, kacang, selai kacang, dan roti gandum, dikaitkan dengan angka kematian yang lebih rendah, menunjukkan bahwa sumber makanan, secara khusus, mengubah hubungan antara asupan karbohidrat dan tingkat kematian."

Penelitian ini juga menghubungkan diet rendah dan tinggi karbohidrat dengan peningkatan angka kematian, dimana mereka yang mengkonsumsi karbohidrat dalam jumlah sedang berada di posisi yang paling baik.

“Diet karbohidrat, baik itu yang tinggi maupun rendah, dikaitkan dengan peningkatan angka kematian, dimana resiko terkecil yang diamati ada pada tingkat asupan karbohidrat sebanyak 50-55 persen.”
The results showed that from age 50, the average life expectancy for those with moderate carbohydrate intake was four years longer than those with very low carbohydrate consumption and one year longer compared to those with high carbohydrate consumption.
Penelitian observasional ini mengamati pola makan lebih dari 15.400 orang berusia antara 45-64 tahun dari beragam latar belakang sosial ekonomi di AS selama enam tahun. Peserta laki-laki dilaporkan mengkonsumsi 600-4.200 kilokalori (kkal) per hari dan relawan perempuan sebanyak 500-3.600 kkal per hari.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari usia 50 tahun, harapan hidup rata-rata bagi mereka yang asupan karbohidratnya ada dalam tingkatan 'sedang' adalah empat tahun lebih lama dibandingkan yang asupan karbohidratnya berada pada tingkat yang 'sangat rendah', serta satu tahun lebih lama dibandingkan dengan mereka yang asupan karbohidrat berada dalam tingkatan yang 'tinggi'.

Untuk mengkonfirmasi hasil ini, para peneliti mengambil langkah lebih jauh. Mereka melakukan meta-analisis penelitian tentang asupan karbohidrat dengan melibatkan lebih dari 432.000 orang dari lebih dari 20 negara di seluruh Amerika Utara, Eropa dan Asia.

Analisis tersebut menunjukkan tren yang serupa, dimana para peserta yang pola makan secara keseluruhannya memiliki kadar karbohidrat yang tinggi dan rendah memiliki angka harapan hidup yang lebih pendek dibandingkan dengan yang mengkonsumsi karbohidrat dalam tingkat sedang. 

Peringatan atas karbohidrat

Para penulis penelitian tersebut menyimpulkan bahwa pendekatan jangka panjang terbaik untuk mempromosikan proses menua yang sehat adalah mengganti karbohidrat dengan lemak dan protein nabati ketika Anda sedang menjalani diet rendah karbohidrat.

Meski demikian, temuan penelitian ini merupakan asosiasi observasional yang tidak membuktikan sebab dan akibat.

Penelitian ini juga dapat menyamaratakan pola pengaturan makan dari beberapa budaya di Asia, seperti masyarakat Jepang yang sumber daging utamanya mungkin adalah ikan - para penulis mengakui bahwa ikan bisa menjadi pilihan yang lebih sehat dibandingkan protein hewani lainnya seperti daging sapi, babi dan unggas.
“On the other end of the spectrum, high carbohydrate diets, which are common in Asian and less economically advantaged nations, tend to be high in refined carbohydrates, such as white rice."
Para penulis juga tidak memiliki bukti untuk menentukan mengapa ada hubungan antara risiko kematian dan beberapa jenis diet rendah karbohidrat. Namun, mereka berspekulasi bahwa melakukan diet rendah karbohidrat yang menggunakan lebih banyak lemak dan protein hewani serta lebih sedikit asupan biji-bijian, buah-buahan dan sayuran dalam jangka waktu yang lama, dapat "merangsang saluran peradangan, penuaan biologis, dan stres oksidatif" .

"Di ujung lain dari spektrum, pola makan tinggi karbohidrat, yang umum dilakukan di negara-negara Asia dan yang secara ekonomi kurang diuntungkan, cenderung mengandung tingkat karbohidrat olahan yang tinggi, seperti misalnya nasi putih," tulis penelitian tersebut.

“Jenis diet ini dapat mencerminkan rendahnya kualitas makanan dan memberikan beban glikemik yang sangat tinggi yang dapat menyebabkan konsekuensi metabolik negatif.”


Share

Published

By Yasmin Noone
Source: SBS Food


Share this with family and friends